Senin, 12 Oktober 2009

Disfungsi ereksi pada pria

Akhir - akhir ini banyak pasien datang ke praktek dengan keluhan kemampuan seksualnya berkurang atau bahkan meminta supaya kemampuan seksualnya bertambah. Mungkin ini akibat pengaruh kemajuan jaman dan informasi yang membuat kebutuhan seksual menjadi kebutuhan yang bukan dinomor duakan lagi. Saat ini orang begitu mudah untuk mencari informasi tentang sex. Kemudahan yang ada itu sering disalah gunakan hanya untuk kepuasan pribadi atau sesaat tanpa memperhitungkan resiko yang akan terjadi. Kehidupan sex bebas, pemakaian suntikan untuk memperbesar kelamin, macam-macam alat bantu sex , dll yang berkembang saat ini sangat berpotensi meningkatnya resiko yang tidak dikehendaki bila tanpa informasi yang benar dari ahlinya. Gangguan fungsi sex bisa terjadi pada pria maupun wanita. Umumnya wanita lebih tertutup untuk mengemukakan keluhannya dibandingkan pria. Gangguan fungsi sex pada pria bisa berupa gangguan hasrat sexual dan gangguan ereksi . Kali ini yang kita bahas adalah gangguan ereksi pada pria

A. Definisi

Disfungsi Ereksi (DE) atau erectile dysfunction adalah disfungsi sexual yang ditandai dengan ketidak mampuan mencapai dan mempertahankan ereksi untuk memenuhi kebutuhan seksual dirinya sendiri maupun pasangannya dalam waktu 6 bulan.

Kebanyakan pria mengalami disfungsi ereksi pada usia 40 tahun.Yang dimaksud “kemampuan”, meliputi: lamanya waktu yang diperlukan untuk bisa ereksi, lebih banyaknya stimulasi (rangsangan) langsung untuk ereksi, kurang mantapnya (kurang keras) ereksi, kurang bisa mencapai puncak orgasme, sedikitnya jumlah ejakulasi, lebih lamanya waktu tenggat antar ereksi (waktu yang diperlukan dari ereksi pertama ke ereksi berikutnya lebih lama).

B. Prevalensi DE & Kesadaran Berobat

Sungguh tidak mudah mengetahui jumlah penderita DE. Suatu survei epidemilogi yang pertama dilakukan dengan melibatkan sekitar 1700 responden (Massachusetts Male Aging Study) menunjukkan 48 persen pria berumur 50 tahun menderita DE komplit. Angka tersebut meningkat dengan pesat dengan pria berumur 60 tahun mengalami DE komplit. Kekurangan survei ini adalah sebagian besar responden berkulit putih. Tahun 1999 dilakukan suatu survei yang sama di Malaysia. Ternyata angka yang didapat tidak jauh berbeda, 18 persen pria berumur 40-70 tahun mengalami DE komplit. Faktor risiko yang bermakna adalah diabetes dan merokok. Berdasarkan data National Institutes of Health, pada tahun 2002 diperkirakan 15 juta sampai dengan 30 juta pria di Amerika mengalami DE yang kronis. Sedangkan menurut National Ambulatory Medical care Survey (NAMCS) pada tahun 1999, hampir 22 pria dari 1000 pria di USA mengalami DE .

Insidensi DE meningkat seiring dengan peningkatan usia. Sekitar 5 % dari pria usia 40 tahunan mengalami DE kronik dan 15-25%nya pada usia 65 tahun. Sedangkan DE transiens dan ereksi yang tidak adekuat dialami 50 % pria usia 40 dan 70 tahun. Di klinik Endokrin Penyakit Dalam FKUI, terdapat 42-52 persen penderita diabetes yang menderita DE dan terjadi pada umur yang lebih muda. Sedangkan 40-60 persen penderita hipertensi menderita DE yang disebabkan selain oleh kerusakan pembuluh darah juga karena obat penurun tekanan darah yang digunakan. Rata-rata umur 1500 penderita yang datang ke Klinik Impotensi RSUPN Cipto Mangunkusumo selama 3 tahun terakhir adalah 55 tahun. Prevalensi DE yang didapat dari survei masyarakat jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah penderita yang mencari pertolongan dokter. Bahkan di Amerika Serikat sekalipun diperkirakan hanya 5-9 persen penderita DE yang datang ke dokter. Bandingkan dengan penyakit kronis lain yang mencapai angka 60-90 persen.

C. Anatomi Penis

Gambar 1. Anatomi Penis

Gambar 2. Anatomi Penampang Penis

Penis memiliki 2 ruang/chambers yang disebut dengan corpora cavernosa (berisi jaringan spons/spongy tissue), yang berjalan sepanjang penis. Ruang ini dikelilingi sebuah membrane, yakni tunica albuginea. Spongy tissue mengandung otot polos, jaringan fibrous, spaces, vena, dan arteri. Urethra, yakni saluran untuk urin dan ejakulat, berjalan sepanjang sebelah bawah dari corpora cavernosa dan dikelilingi oleh corpus spongiosum. Bagian terpanjang penis adalah batang penis, yang pada ujungnya adalah kepala atau glans penis. Pada ujung glans terdapat meatus yang jika membuka memungkinkan keluarnya urin dan ejakulat.

D. Fisiologi Ereksi

Penis mendapatkan aliran darah dari arteri pudenda yang kemudian menjadi arteri penis komunis. Selanjutnya arteri ini bercabang menjadi arteri kavernosa atau arteri sentralis, arteri dorsalis penis, dan arteri bulbo-uretralis. Arteri penis komunis ini melewati kanal dari alcock yang berdekatan dengan os pubis dan mudah mengalami cedera jika terjadi fraktur pelvis. Arteri sentralis memasuki rongga kavernosa kemudian bercabang menjadi arteriole helisin yang mengisi darah ke dalam sinusoid. Sedangkan darah vena dari sinusoid dialirkan melalui anyaman/pleksus yang terletak dibawah tunika albuginea. Anyaman ini bergabung membentuk venule emisaria dan menembus tunika albuginea ke vena dorsalis penis.

Proses fisiologis ereksi dimulai rangsangan seksual yang menimbulkan peningkatan aktivis saraf parasimpatis yang mengakibatkan terjadinya dilatasi arteriole dan kontriksi venule sehingga inflow meningkat dan outflow menurun hal ini menyebabkan peningkatan volume darah dan ketegangan pada corpora sehingga penis ereksi. Persaraf penis terdiri atas sistem saraf otonomik dan somatic yang berpusat di nucleus intermediolateralis medulla spinalis pada segmen S2-4 dan Th12 - L2. Saraf ini memacu neurotransmiter untuk memulai proses ereksi serta mengakhirinya pada proses detumesensi.

Gambar 3. Fisiologi Ereksi Pada Laki-laki


Gambar 4. Reaksi biokimia pada saat ereksi dan detumesensi

Rangsangan seksual menyebabkan neuroefektor yang terdapat didalam korpus kavernosum (NANC) non adrenergic non kolinergik menyebabkan terlepasnya NO (nitrit oksida) yang selanjutnya mempengaruhi enzim guanilat siklase untuk merubah GTP ( guanil tri fosfat) menjadi siklik guanil mono fosfat (cGMP) hal ini menyebabkan kadar kalsium di dalam sel otot polos berkurang sehingga terjadi relaksasi otot polos kavernosum sehingga timbul ereksi sebaliknya jika cGMP dipecah oleh enzim fosfodiesterase 5 (PDE 5) menjadi GMP maka terjadi fase relaksasi (flaksiad)

Secara garis besar ereksi terjadi melalui 2 mekanisme:

I. refleks ereksi oleh sentuhan pada penis (ujung, batang dan sekitarnya).

II. ereksi psikogenik karena rangsangan erotis.

Keduanya menstimulir sekresi nitric oxide yang memicu relaksasi otot polos batang penis (corpora cavernosa), sehingga aliran darah ke area tersebut meningkat dan terjadilah ereksi. Disamping itu, produksi testosteron (dari testis) yang memadai dan fungsi hipofise (pituitary gland) yang bagus, diperlukan untuk proses ereksi. Karenanya dapat dimengerti bahwa disfungsi ereksi berhubungan erat dengan faktor: hormonal, sistem saraf, aliran darah dan psikologis. Gangguan pada salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi.


Gambar 5. Arteri (atas) dan vena (bawah) penetrasi sepanjang, mengisi cavitas sepanjang penis

corpora cavernosa and the corpus spongiosum. Ereksi terjadi ketika terjadi relaksasi otot sehingga

corpora cavernosa terisi darah dari arteri, sementara aliran balik ke vena terblok.


E. Disfungsi Ereksi

Dalam keadaan normal, ereksi biasanya terjadi saat tidur malam atau bangun pagi. Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:

o Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara berulang ( paling tidak selama 6 bulan )

o Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten

o Mampu ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya )

F. Etiologi Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi (DE) dapat disebabkan oleh karena faktor fisik dan psikologis. Penurunan aliran darah ke penis dan kerusakan saraf merupakan faktor fisik yang terbanyak. DE biasanya juga diasosiasikan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Vascular disease Diabetes

Arteriosklerosis menyebabkan pengerasan dan penyempitan arteri sehingga aliran darah menurun yang dapat menyebakan impotensi. Hal ini terkait dengan faktor usia, 50-60% DE terjadi pada pria di atas 60 tahun.

Faktor resiko arteriosklerosis meliputi:

· Diabetes mellitus

· Tekanan darah tinggi

· Kolesterol tinggi

Merokok, dikaitkan faktor-faktor tersebut, mungkin merupakan faktor resiko yang paling penting untuk terjadinya arteriosklerosis.

Kadar gula darah tinggi yang kronis pada penderita diabetes mellitus dapat merusak pembuluh darah kecil dan saraf, sehingga terjadi gangguan saraf dan aliran darah yang menghambat proses ereksi, sekitar 60% pria dengan diabetes mellitus menderita DE.

2. Obat-obatan

Lebih dari 200 obat-obatan dapat menyebabkan DE, termasuk obat anti hipertensi, obat jantung, antidepresan, tranquilizer, sedatif, antihistamines, appetite suppressants, dan cimetidine. Pemakaian alkohol yang lama juga dapat mengakibatkan gangguan vaskular and system saraf sehingga terjadi DE.

3. Gangguan Hormon

Sekitar 5% dari DE disebabkan oleh gangguan hormon. Defisiensi testoteron, walaupun jarang terjadi, dapat menyebabkan penurunan libido dan gangguan ereksi. Pada kasus lain, peningkatan hormon prolaktin, yang disebabkan tumor glandula pituitary juga dapat menurunkan kadar testoteron. Gangguan hormon dapat pula dikarenakan penyakit ginjal atau liver.

4. Neurologis

Trauma pada spinal dan otak (paraplegi, stroke) dapat menyebabkan DE dikarenakan adanya gangguan transfer impuls saraf dari otak ke penis. Gangguan saraf yang dapat menyebabkan DE, di antaranya adalah : multiple sclerosis (MS), Parkinson's disease, dan penyakit Alzheimer.

5. Trauma pelvic, operasi, terapi radiasi

Trauma pada daerah pelvis dan spinal cord dapat mengenai vena dan saraf untuk ereksi. Operasi colon, prostat, blader, atau rectum dapat mengenai saraf dan pembuluh darah yang terlibat dalam proses ereksi. Operasi prostat dan kanker blader terkadang disertai dengan pengangkatan jaringan dan saraf sekitar tumor, sehingga meningkatkan angka kejadian DE. Radical cystectomy (for bladder cancer) dan prostatectomy (for prostate cancer) memerlukan pemotongan saraf yang mengontrol aliran darah. Saraf tersebut tidak mengontrol sensasi pada penis dan tidak bertanggung jawab terhadap organisme; tetapi mempengaruhi proses ereksi.

6. Penyakit Peyronie

Penyakit Peyronie merupakan suatu proses inflamasi yang mengakibatkan jaringan parut pada erectile tissue.

7. Kelemahan vena

Jika vena pada penis tidak dapat mencegah aliran darah meninggalkan penis selama ereksi, ereksi tidak dapat dipertahankan. Vena yang lemah dapat diakibatkan oleh trauma atau penyakit yang mengenai vena pada penis.

8. Kondisi psikologis

Depresi, rasa bersalah, kegundahan, stress dan anxietas dapat menyebabkan penurunan libido dan DE. Jika seorang pria pernah mengalami gangguan ereksi, dapat menimbulkan kecemasan akan terulangnya kembali gangguan tersebut. Hal ini dapat menimbulkan ansietas yang berhubungan dengan performa dan menimbulkan gangguan ereksi yang kronis. Faktor psikologis sering merupakan faktor yang memperparah kelainan fisik yang telah ada.

G. Diagnosis Disfungsi Ereksi

Diagnosis DE meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya. Pemeriksaan darah, urin, radiologi dan pemeriksaan prostat dapat mungkin bermanfaat demikian pula pemeriksaan fungsi penis. Untuk membantu indentifikasi kemungkinan disfungsi ereksi atau bukan dibuatkan indeks fungsi ereksi salah satunya adalah Indeks Internasional untuk fungsi ereksi ke 5 atau IIEF-5 (International indexs of erectile function-5). Indeks ini terdiri atas lima pertanyaan dan tiap pertanyaan diberi nilai dari 0 sampai 5, jika hasil jumlah dari 5 pertanyaan hasilnya kurang atau sama denga 21 menunjukkan adanya gejala disfungsi ereksi.

Pertanyaan

Jawaban

Skor

Selama 6 bulan terakhir ini :

1. Bagaimana derajat keyakinan anda bahwa anda dapat ereksi serta terus bertahan untuk senggama

2. Pada saat ereksi setelah mendapat rangsangan seksual seberapa sering penis anda cukup keras untuk dapat masuk ke dalam vagina

3. Setelah penis masuk dalam vagina , seberapa sering anda mampu mempertahankan penis tetap keras

4. Ketika senggama seberapa sulitkah mempertahankan ereksi sampai ejaulasi

5. Ketika bersenggama seberapa sering anda puasa

1.sangat rendah, 2 rendah, 3. Cukup, 4. Tinggi, 5. Sangat tinggi

0.tidak, 1. Hamper tidak, 2. Sesekali, 3. Kadang, 4. Sering 5. Selalu

0.tidak, 1. Hamper tidak, 2. Sesekali, 3. Kadang, 4. Sering , 5. Selalu

0.tidak, 1. Sangat sulit sekali , 2. Sangat sulit, 3. sulit, 4. Sedikit sulit , 5. Tidak

0.tdk, 1. Hamper tidak, 2. Sesekali, 3. Kadang, 4. Sering 5. Selalu


Pemeriksaan Laboratorium dapat mengidentifikasi penyebab Disfungsi Ereksi.

o Pemeriksaan Darah dan Urinalisa

Meliputi pemeriksaan kadar hormonal, kolesterol, gula darah, fungsi hati dan ginjal, dan fungsi thyroid. Meningkatnya kadar prolactin (hyperprolactinemea) dapat menurunkan kadar testosteron, sehingga menurunkan libido. Selain itu kadar Hb yang rendah juga dapat menurunkan kadar oksigen darah yang dapat mengakibatkan fatigue dan malaise. Sedangkan kadar lipid yang tinggi seperti cholesterol dan triglycerides dapat mengindikasikan adanya arteriosclerosis, yang menghambat aliran darah ke penis.

Penyakit Liver dan ginjal dapat mengakibatkan ketidak seimbangan horomonal. Dilakukan pemerikaan enzim untuk fungsi hati dan serum kreatinin untuk fungsi ginjal. Urinalisa meliputi pemeriksaan protein (albumin), gula (glukosa) dan hormonal (testosterone) yang diindikasikan untuk diabetes mellitus, disfungsi ginjal dan defisiensi testosteron.

o Pemeriksaan kelenjar Tiroid,

Hormon tiroid meregulasi metabolism dan produksi hormon sex, defisiensinya dapat menyebabkan DE.

o Tes Fungsi Ereksi

Meliputi pemeriksaan pembuluh darah, saraf, otot serta jaringan pada penis dan daerah pelvis.

o Duplex ultrasound

Untuk mengevaluasi aliran darah, kelemahan vena, gejala dari artherosclerosis, dan jaringan parut atau kalsifikasi pada jaringan erektil. Ereksi diinduksi dengan injeksi prostaglandin, sebagai stimulator yang diproduksi dalam tubuh. Kemudian Ultrasound digunakan untuk melihat dilatasi vaskular dan mengukur tekanan darah (dengan menggunakan cuff khusus).

o Doppler scan

Alat ini digunakan spesifik pada arteri kavernosa dengan tujuan untuk mengetahui adekuasi (kecukupan) aliran darah dalam ke 2 arteri tersebut pada saat proses ereksi berlangsung. Sebagai petunjuk, alat ini digunakan bila dari pemeriksaan sebelumnya seorang penderita diklasifikasi sebagai disfungsi ereksi yang organik.

Gambar 6. Doppler Scan

o Pemeriksaan Prostat

Pembesaran prostat, yang dapat dideteksi dengan colok dubur atau dengan alat TRUS, dimana pencitraan dengan gelombang suara yang dilengkapi dengan rectal probe. Rectal Probe berguna untuk melakukan pencitraan prostat yang lebih akurat melalui lubang pelepasan (rektum) untuk mengetahui adanya ganggu aliran darah dan impuls saraf di penis. Selain itu melalui alat ini juga dapat dilakukan tindakan biopsi prostat dengan jarum untuk menentukan adanya keganasan.

Gambar 7. TRUS (Transrectal Ultrasonography).

o Pemeriksaan Saraf Penis

Pemeriksaan sepertie bulbocavernosus reflex test digunakan untuk mengetahui adanya gangguan sensasi saraf di penis. Pemeriksa meremas glan penis, jika fungsi saraf normal, anus akan segera berkontraksi. Pemeriksa mengukur jarak waktu antara remasan dan kontraksi dengan mengobesrvasi spingter anal dengan memasukan jari ke dalam anus (dengan handscone).

o Nocturnal Penile Tumescence (NPT)

Seorang pria, normalnya dapat mengalami 5-6 kali ereksi selama tidur. Ereksi ini dapat berulang setiap 90 menit dan berlangsung sekitar 30 menit. Jika tidak berlangsung demikian dapat diakibatkan oleh gangguan fungsi saraf atau pembuluh darah di penis. Terdapat dua metode untuk mengukur perubahan rigiditas dan ukuran (circumference) penis selama nocturnal erection, yakni: snap gauge and strain gauge.

· Snap gauge, menggunakan tiga lapis plastik pembungkus yang melingkupi penis dengan kuat. Fungsi ereksi diukur berdasarkan lapisan kertas mana yang robek.

· Strain gauge, menggunakan bahan elastic khusus pada pada pangkal dan ujung penis. Bahan elastik tersebut meregang selama ereksi dan mencatat perubahan ukuran dari penis.

o Penile biothesiometry

pemeriksaan ini menggunakan vibrasi elektromagnetik untuk mengevaluasi sensitifitas dan fungsi saraf pada penis. Peningkatan persepsi dari vibrasi dapat mengindikasikan kerusakan saraf di daerah pelvis, yang dapat mengakibatkan DE.

o Vasoactive injection

Ketika dilakukan injeksi, larutan tertentu dapat mengakibatkan ereksi dengan mendilatasi pembuluh darah di penis. Normalnya, injeksi tersebut dapat mengakibatkan ereksi sekitar 20 menit. Selama prosedur tersebut, tekanan penis diukur dan dapat dilakukan pemeriksaan radiologi dengan dimasukannya kontras ke dalam pembuluh darah penis.

o Rigiscan

Alat pendeteksi kemampuan ereksi. Alat buatan Amerika ini pada suatu saat merupakan peralatan baku yang harus dipunyai oleh semua Klinik Impotensi di AS. Kegunaan alat ini adalah untuk membedakan antara disfungsi ereksi yang organik (gangguan ereksi karena adanya kerusakan organ) dengan yang psikogenik (karena faktor kejiwaan). Cara yang digunakan di Klinik Impotensi RSCM adalah melalui Visual Sexual Stimulation (VSS), Perangsangan Seksual secara Visual, di mana perangsangan seksual untuk membangkitkan ereksi diberikan secara visual. VSS menggunakan alat bantu video untuk mencapai tujuannya. Penderita disfungsi ereksi (DE) organik tidak akan berespon terhadap perangsangan seksual secara visual. Walaupun sudah tidak terlalu banyak dipakai alat ini tetap banyak kegunaannya dalam penelitian metode terapi baru untuk pengobatan disfungsi ereksi.

Gambar 8. Alat Rigiscan

H. Pengobatan

Dalam penatalaksanaannya, kalangan internasional mengenal tiga tahapan pengobatan disfungsi ereksi :

1. Tahap pertama adalah memberi obat oral pada pasien disfungsi ereksi. Untuk tahap ini, secara resmi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah mengizinkan tiga jenis obat beredar di Indonesia yaitu sildenafil, tadalafil, dan vardenafil. Ketiganya memiliki periode efektivitas yang berbeda, mulai dari 4 hingga 36 jam, tentunya setelah didahului adanya rangsangan seksual. Tingkat keberhasilan obat-obat tersebut mencapai 90%. Selain obat dapat juga memakai vakum penis, alat ini berfungsi memberikan tekanan negative pada penis yang memungkinkan pengaliran darah ke dalam sinusoid sehingga terjadi ereksi. Untuk mempertahankan volume darah di dalam sinusoid dipasang karet penjerat yang diletakkan pada basis penis sehingga ereksi lebih lama seperti pada gambar

2. Tahap kedua merupakan penyuntikan secara intrakavernosa dan pengobatan secara intraurethra dengan memasukkan gel ke dalam urethra, misalnya intraurethral alprostadil. Pada tahap ini, pasien dapat melakukannya sendiri setelah dilatih.

3. Ketiga adalah tahap operasi dengan pemasangan prostesis penis.

Tak jarang kasus disfungsi ereksi tidak memerlukan obat, terutama pada kasus disfungsi ereksi karena faktor psikologis. Hal ini dibuktikan dengan pemberian plasebo (bukan obat sebenarnya) yang ternyata memberikan hasil baik. Pada beberapa kasus disfungsi ereksi psikologis. Selain itu, peran pasangan sangat penting untuk membantu pemulihan disfungsi ereksi.

1. Terapi Non Operatif

· Terapi sex

Hubungan seksual suami istri merupakan kebutuhan dan relaksasi yang dapat meningkatkan keharmonisan pasangan suami istri. Bahkan, hubungan seksual sering digunakan sebagai indikator kebahagian berumah tangga. Dampak yang paling berat bagi pasangan suami istri adalah tidak bisa memiliki anak yang diidam-idamkan. Bagaimana bisa punya anak jika pembuahan tidak bisa terjadi. Hal ini disebabkan organ kelamin suami tidak bisa menegang dan masuk ke dalam vagina istri untuk mengantarkan sel sperma membuahi sel telur. Untuk mengatasi disfungsi ereksi yang disebabkan gangguan psikologis, diperlukan keterlibatan patner sex dalam membantu mempercepat kesembuhan.

· Terapi medis

o Terapi oral

Tadalafil

Indikasi

Batuk, bersin, hidung tersumbat, tenggorokan gatal krn flu.

Kontra Indikasi

Dim terapi dg MAOI

Efek Samping

Mengantuk, pusing.

Perhatian

Peny jantung, hipertensi. Hindari menjalankan mesin/kendaraan/ bermotor

Dosis

Dws 5-10 mL, 6-12 thn 5 mL, 2-6 thn 2.5 mL.Diberikan 3 x/hr

Interaksi

Dim terapi dg MAOI

Vardenafil

Indikasi

Pengobatan disfungsi ereksi

Kontra Indikasi

: Pengobatan disfungsi ereksi

Efek Samping

Flushing, sakit kepala, dispepsia, mual, pusing, rinitis

dosis

Dws 10 mg, 25-60 mend beraktivitas seksual. Maks: 20 mg 1 xfhr. Lansia Awal 5 mg, dpt ditingkatkan s/d 10-20 mg, bila perlu. Dosis tdk boleh melebihi 5 mg jika diberi kan dim kombinasi dg eritromisin.

Interaksi

: Pengobatan disfungsi ereksi


Sildenafil citrate

Indikasi

Pengobatan disfungsi ereksi

Kontra Indikasi

Pasien yg menggunakan nitrat organik intermiten atau regular

Efek Samping

Sakit kepala, merah pd muka, dispepsia, hidung tersumbat,ggn penglihatan,ISK,diare,pusing,ruam kulit

Perhatian

Pasien pria yg tdk dianjurkan melakukan aktivitas seksual krn adanya peny KV, Hipertensi(TD >170/110) atau hipotensi (TD<90/50),>

Dosis

Dws 50 mg bila diperlukan 1 jam sblm aktivitas seksual. Dpt dinaikkan s/d maks 100 mg atau diturunkan s/d 25 mg. frekuensi maks: 1x/hr

Interaksi

Pasien yg menggunakan nitrat organik intermiten atau regular


Gambar 9. Proses Pencegahan disfungsi ereksi oleh sildenafil

o Vacuum Devices

penis dimasukkan ke dalam tabung plastik. Kemudian pompa pada tabung ditekan untuk menghasilkan kevakuman, mendorong darah ke penis, sehingga penis mengeras. Setelah 1 sampai 3 menit ereksi menjadi adekuat. Penis dikeluarkan dari tabung dan sebuah cincin karet yang terpasang di pangkal penis membendung darah sehingga ereksi dapat dipertahankan. Cincin tersebut dapat dipergunakan selama 25 sampai 30 menit. Vacuum devices paling baik digunakan oleh pria yang hanya mengalami gangguan ereksi parsial.

Gambar 10. Vaccum Penis

o Self-Injection
Menggunakan jarum pendek, disuntikan langsung ke corpus cavernosum, ereksi biasanya bertahan 30 menit sampai beberapa jam. Di antaranya: Prostaglandin (alprostadil, Caverject®, Edex®), dan phentolami ne (Regitine®), kerjanya sama dengan Viagra tetapi terlokalisasi di penis yang diinjeksi, mendilatasi vaskulara dan relaksasi otot polos.

o Urethral suppositories, berisi prostaglandin (aprostadil), seperti Muse® (Medicated Urethral System for Erections).

2. Terapi Operatif

- Penis Implan/ Inflatable penile prosthesis

o Inflatable penile prosthesis, mengandung dua silicon lembut atau bioflex/tabung plastic yang dimasukkan ke dalam penis, sebuah reservoir kecil ditanam di dalam abdomen, dan sebuah pompa kecil di tanam di scrotum. Untuk menghasilkan ereksi, pompa di skrotum dipompa secara manual dan mengeluarkan cairan steril dari reservoir ke tabung.

Gambar 11. Prosthesis penis yang ditanam didalam penis

- Vascular Reconstructive Surgery

o Revaskularisasi, dengan membuat jalan baru/bypassing vena atau arteri yang tersumbat dengan menggunakan vena dari kaki.

o Ligasi vena

3. Terapi alternative

o Naturopathic (Natural) Treatment

Sangatlah penting untuk mengetahui penyebab dari DE, sehingga penderita penyebab organiknya dapat ditangani dan mendapatkan pengobatan yang seharusnya. Makanan dan gaya hidup yang dapat menyebabkan DE, di antaranya adalah alkohol dan tembakau, pemakaian narkoba, dan diet yang buruk (makanan olahan dan makanan cepat saji).

- Nutrisi seimbang

- Suplemen

· Bioflavonoids (1000 mg /hari)

· Flaxseed meal (2-4 sendok makan/hari).

· Inositol hexaniacinate (1000-3000 mg/hari untuk memperlancar sirkulasi dan merendahkan kolesterol)

· Selenium (200 mcg/hari)

· Vitamin C (1000 mg, 3xsehari)

· Vitamin E (400 IU/hari)

· Zinc (30 mg/hari)

- Terapi Herbal

· Asian ginseng (Panax ginseng)

· Damiana (Turnera diffusa)

· Ginkgo biloba, meningkatkan aliran darah, sehingga baik untuk fungsi sexual pria.

· Muira puama (Ptychopetalum olacoides)

- Latihan Fisik

· Senam Kegel, meningkatkan aliran darah di pelvis dan menguatkan otot.

· Latihan Aerobik dan latihan beban baik untuk system karidiovaskular , meningkatkan stamin dan

baik untuk relaksasi pikiran.



2 komentar:

  1. Blog yang menarik dan informatif sekali

    Klinik Apollo Adalah Rumah Sakit di Jakarta, Dibidang Andrologi dan Ginekologi, terbaik dan Nomor 1 di jakarta memberikan layanan medis prima, dilengkapi alat medis yang modern menyembukan berbagai penyakit kelamin seperti Gonore, Kencing nanah, Sipilis sifilis,Kutil kelamin , Kondiloma akuminata, Kutu kelamin, Keputihan, Ejakulasi Dini.

    Cara Mengatasi Ejakulasi Dini

    Dokter Spesialis Ejakulasi Dini

    Cara mencegah Ejakulasi Dini

    Cara Mengatasi Ejakulasi Dini Tanpa Obat

    BalasHapus
  2. Blog yang menarik dan informatif sekali

    Klinik Apollo Adalah Rumah Sakit di Jakarta, Dibidang Andrologi dan Ginekologi, terbaik dan Nomor 1 di jakarta memberikan layanan medis prima, dilengkapi alat medis yang modern menyembuhkan berbagai penyakit kelamin seperti Gonore, Kencing nanah, Sipilis sifilis,Kutil kelamin , Kondiloma akuminata, Kutu kelamin, Keputihan, Ejakulasi Dini.

    Konsultasi Dokter Online Gratis Penyakit Infeksi saluran kemih

    Cara Mengatasi kencing Nanah / Gonore

    CHAT DOKTER

    Cara Merawat Vagina Dari Keputihan

    Tempat Pengobatan Impotensi Di Jakarta

    BalasHapus